ANALISIS TINGKAT NYERI PASIEN POST APENDIKTOMI DENGAN INTERVENSI TERAPI MUSIK ALAM DI RS BHAYANGKARA RUWA JURAI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2025

ABSTRAK

Apendektomi merupakan pengangkatan apendiks yang terinfeksi atau meradang untuk mencegah komplikasi. Terdapat 259 juta kasus apendisitis pada laki-laki dan 160 juta kasus pada perempuan didunia. Angka kejadian apendisitis di Indonesia dilaporkan sekitar 95/1000 penduduk dengan jumlah kasus sekitar 10 juta setiap tahunnya. Di Provinsi Lampung tahun 2018 sebanyak 1.292 penderita. Berdasarkan hasil prasurvey di RS Bhayangkara Ruwa Jurai Lampung di dapatkan kasus apendektomi sebanyak 17 kasus pada bulan Januari – Maret 2025. Tindakan apendektomi ini menyebabkan nyeri pada luka bekas operasi. Tujuan penyusunan Karya Ilmiah ini adalah untuk menganalisis tingkat nyeri pasien Post Apendektomi Dengan Intervensi terapi musik alam di Rumah Sakit Bhayangkara Ruwa Jurai Lampung Tahun 2025. Subjek dalam penelitian ini yaitu pasien post apendektomi. Lokasi dan waktu pengambilan data pada tanggal 13 – 15 Februari 2025 di RS Bhayangkara. Pemberian intervensi terapi musik alam dilakukan selama 15 menit. Metode yang digunakan yaitu observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan rekam medis pasien. Penilaian nyeri menggunakan NRS sebelum dan sesudah intervensi. Hasil observasi sebelum intervensi pada pasien didapatkan skala nyeri 6 (nyeri sedang). Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari didapatkan penurunan skala nyeri pasien menjadi 2 (nyeri ringan). Faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri yaitu jenis operasi, jenis insisi, adanya komplikasi dan penggunaan analgesik. Berdasarkan hasil intervensi terapi musik alam yang diberikan pada diagnosis nyeri akut post apendektomi berpengaruh dan dapat diterapkan untuk mengatasi nyeri pada pasien post operasi apendektomi. Peneliti berharap tenaga kesehatan dapat menerapkan intervensi terapi musik alam sebagai terapi alternatif untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien post apendektomi.
Kata Kunci : Nyeri, Terapi Musik Alam, Apendektomi. Daftar Pustaka :23 (2017-2025)