Penyakit parasit pada manusia dan hewan banyak dijumpai di Indonesia, disebabkan oleh parasit yang memungkinkan dapat hidup dan berkembang biak dengan sempurna. Infeksi kecacingan yang berhubungan dengan Soil Transmitted Helminths (STH) umumnya disebabkan cacing spesies Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Sumber penularannya adalah air, pupuk dan tanah yang digunakan dalam budidaya sayuran. Sayur kubis mempunyai tekstur permukaan daun yang berlekuk-lekuk sehingga memungkinkan telur cacing menetap di dalam. Proses pengolahan dan pencucian sayuran yang kurang baik seperti mencuci sayur tidak dengan air mengalir, tidak perhelai sayur kubis dicuci dapat mempermudah transmisi telur cacing ke manusia. Tujuan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya dan jenis-jenis telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada sayur kubis. Jenis penelitian adalah studi pustaka menggunakan 10 jurnal ilmiah yang telah dipublikasikan secara nasional dan internasional. Hasil penelitian studi pustaka yang telah dilakukan pada 10 jurnal ilmiah ditemukan telur cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Enchinostoma sp dan larva Cacing Tambang pada sayur kubis.
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita antara lain Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum. Keluhan penderita Tinea unguium yaitu kuku menjadi tebal dan terangkat dari perlekatannya, tidak rata, dan warna menjadi suram. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persentase penderita Tinea unguium dan spesies jamur dermatofita penyebab Tinea unguium pada pekerja di berbagai wilayah Indonesia tahun 2011-2021. Penelitian menggunakan 10 artikel yang didapatkan dari situs pencarian google scholar yaitu 5 artikel menggunakan metode deskriptif, 1 artikel menggunakan metode survei analitik, 3 artikel menggunakan metode cross sectional dan 1 artikel menggunakan metode deskriptif bersifat retrospektif. Hasil penelitian kepustakaan ini yaitu kuku pekerja yang positif terinfeksi Tinea unguium didapatkan hasil sebesar 5,3% - 96,7% dengan spesies penyebab Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum.
Bakterial vaginosis merupakan keadaan abnormal pada vagina atau meningkatnya bakteri flora normal, menyebabkan perubahan Ph pada vagina. Tahun 2013-2017 kasus Bakterial vaginosis di Puskesmas Panjang Bandar Lampung berjumlah 578 penderita. Adanya eks lokalisasi di wilayah Panjang menambah tingginya kasus ini. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan jumlah penderita Bakterial vaginosis berdasarkan kelompok risiko (WPS & IRT), usia, penggunaan kondom satu minggu terakhir, dan penggunaan cairan pembersih vagina. Jenis penelitian ini adalah desktriptif. Populasi dan sampel penelitian ini adalah penderita Bakterial vaginosis yang berjumlah 197 penderita. Penelitian dilakukan di Puskesmas Panjang pada Juni 2021. Hasil penelitian menunjukkan dalam tahun 2018-2020 terdapat 197 penderita: WPS sebanyak 65 penderita (32,9%) dan IRT sebanyak 132 penderita (67,1%). Berdasarkan usia terdapat 26 penderita (13,1%) dengan usia 16-24 tahun, 161 penderita (81,6%) dengan usia 25-49 tahun, dan 10 penderita (5,3%) dengan usia ≥50 tahun. Berdasarkan penggunaan kondom oleh pasangan seksual penderita Bakterial vaginosis, terdapat 8 penderita (4,1%) selalu menggunakan kondom, 38 penderita (19,2%) kadang-kadang menggunakan kondom, dan 151 penderita (76,6%) tidak pernah menggunakan kondom selama berhubungan seksual satu minggu terakhir. Berdasarkan penggunaan cairan pembersih vagina didapatkan 71 penderita (36,1%) menggunakan cairan pembersih vagina, dan 126 penderita (63,9%) tidak menggunakan cairan pembersih vagina.
Photoreactivation is a direct process of repairing a damaged DNA with the help of ultraviolet in the range of 320-370 nm. Research is designed to acknowledge the effect of time exposure and UV vis ray’s intensity to numbers of Coliforms and E.coli. The results prove the effect of UV exposure time on the increase of coliform which is 60,2% (p-value=0,0001). The increase of coliform happens after 180th minutes of exposure. But, in this research there is no effect of UV’s intensity towards both numbers of coliform (p-value = 0,152) and E.Coli (p-value=0,578). Besides buying a refilled mineral water from a water depot whose disinfecting with UV ray and ozone combined, closing the gallon of mineral water since the first day being used to avoid being exposed by UV vis ray from the sun is a must-do to avoid photoreactivation process.
Cacing tanah Lumbricus rubellus dapat mengobati penyakit tifoid karena mengandung zat aktif yang Lumbricin 1 yang dapat digunakan sebagai obat untuk demam typhoid. Mekanisme yang dilakukan oleh Lumbricin 1 yang dimiliki cacing tanah Lumbricus rubellus yaitu dengan membuat pori pada dinding sel bakteri yang menyebabkan sitoplasma sel bakteri terpapar dan mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan menyebabkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi air rebusan cacing tanah Lumbricus yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa dan besar daya hambat pada masing-masing konsentrasi air rebusan cacing tanah Lumbricus terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa. Penelitian ini di bidang Bakteriologi dan bersifat eksperimental, dengan variabel bebasnya adalah air rebusan cacing tanah Lumbricus rubellus konsentrasi 20%, 40%, dan 60%, 80%dan 100% dan variabel terikatnya adalah pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa dengan jumlah pengulangan 5 kali menggunakan metode Difusi Agar Kirby Bauer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air rebusan cacing tanah Lumbricus rubellus dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa.
Air susu ibu atau ASI adalah makanan dan minuman yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. Air susu ibu yang kaya manfaat tersebut rentan terkontaminasi oleh bakteri pathogen karena proses pemerahan yang tidak hygienis. ASI yang cara pemerahannya tidak hygies tersebut kemudian disimpan di lemari pendingin pada suhu 4oC selama beberapa jam atau 0oC selama 24 jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan perkiraan jumlah bakteri dari ASI yang disimpan di lemari pendingin dengan waktu penyimpanan 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam suhu 4oC dan 24 jam suhu 0oC. Penelitian ini bersifat eksperimen dan dilaksanakan pada bulan Juli-Desember 2015. Populasi sekaligus sampel dari penelitian ini adalah 25 ibu menyusui kategori ASI matur di wilayah Hajimena Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan metode reduksi metylen blue. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kualitas bakteriologis dari ASI yang disimpan 2, 4,6, 8 jam pada suhu 4oC dan 24 jam pada suhu 0oC. Jumlah koloni meningkat setelah dilakukan penyimpan 2, 4,6, 8 jam pada suhu 4oC dan 24 jam pada suhu 0oC.
Penggunaan tanaman obat sebagai bahan alami yang digunakan untuk menggantikan obat-obatan kimiawi mulai dilakukan, tetapi perlu pembuktian secara ilmiah. Salah satu bahan alami tersebut adalah Rosella (Hibiscus sabdariffa L).Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh waktu kontak dan konsentrasi rebusan kelopak bunga Rosella terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode randomized controlledtrial yaitu melakukan treatment, kemudian efeknya diukur pada akhir penelitian berapa lama waktu kontak air rebusan kelopak bunga Rosella dengan bakteri Sreptococcus pyogenes yang efektif dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes penyebab ISPA, dan mengetahui konsentrasi air rebusan kelopak bungan Rosella yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes penyebab ISPA, serta mengetahui interaksi antara konsentrasi dengan lamanya waktu kontak air rebusan kelopak bunga Rosella yang efektif dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes penyebab ISPA. Sampel adalah air rebusan daun kelopak bunga Rosella dengan konsentrasi 10%, 20%, 3%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%,100% dengan 3 kali pengulangan dan 0% sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara konsetrasi dan lamaya waktu kontak air rebusan kelopak bunga Rosella yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes adalah konsentrasi 60% dengan lama waktu kontak 60 detik.
Madu bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya sebagai zat antibakteri. Kemampuan madu sebagai zat antibakteri tidak terlepas dari kandungan zat aktif yang ada didalamnya. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan aktifitas antibakteri pada madu dipengaruhi oleh hydrogen peroksida, senyawa flavonoid, minyak atsiri dan berbagai senyawa organik lainnya. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Madu Hutan Musi Rawas terhadap pertumbuhan bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus) penyebab infeksi kulit dan Bakteri Gram Negatif (Escherichia coli) penyebab diare. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan metode randomized controlledtrial yaitu melakukan treatment, kemudian efeknya diukur pada akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh hambatan Madu Hutan Musi Rawas terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (Gram Positif) adalah mulai konsentrasi 10% sampai dengan 100% dengan zona hambat 10,6 mm sampai 31,6 mm dan menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (Gram Negatif) mulai konsentrasi 10% sampai dengan 100% dengan zona hambat 16,3 mm sampai 31,6 mm. Konsentrasi 10% madu hutan Musi Rawas pada Escherichia coli memiliki daya hambat lebih besar yaitu 16,3 mm dibandingkan dengan konsentrasi 10% madu hutan Musi Rawas terhadap Staphylococcus aureus yaitu 10,6 mm. Tetapi, mengalami persamaan pada konsentrasi 70% dengan zona hambat sebesar 31,6 mm dan konsentrasi 100% sebesar 31 mm.
Bekicot (Achantina fulica) merupakan hewan yang dianggap menjijikkan karena memiliki lendir. Ternyata lendir tersebut memiliki kandungan protein Achasin yang tinggi berfungsi sebagai anti bakteri. Lendir bekicot dapat dimanfaatkan sebagai pengganti obat, karena kandungan Achasin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Pemanfaatan lendir bekicot dimaksudkan juga sebagai pengganti obat-obatan kimia yang harganya relatif mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lendir bekicot (Achantina fulica) terhadap pertumbuhan bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram Negatif (Salmonella typhosa). Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan analisis sidik ragam multivariat dengan dua species bakteri dan dilanjutkan dengan uji Duncans pada taraf kepercayaan 95%. Kemudian dilanjutkan dengan uji t untuk melihat perbedaan daya hambat terhadap kedua bakteri tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lendir bekicot(Achantina fulica) terhadap pertumbuhan bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram Negatif (Salmonella typhosa). Konsentrasi efektif lendir bekicot (Achantina fulica) terhadap Staphylococcus aureus adalah 90% sampai 100% dan terhadap Salmonella typhosa adalah 60% sampai 100%.
Minuman jajanan es sirup banyak digemari oleh anak-anak Sekolah Dasar, namun mereka tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh minuman jajanan es sirup yang tidak higenienis, yaitu dapat menyebabkan penyakit diare. Berdasarkan data dari koran Lampost pada November 2011; di RSUAM (Rumah Sakit Umum Dr. Abdoel Moeloek) Kota Bandar Lampung, setiap tahun terjadi kematian anak karena diare sebesar 10%, dari 10 anak yang terkena diare, ada 1 anak meninggal setiap tahunnya. Indikator kualitas minuman jajanan berdasarkan Mikrobiologi dapat dilihat dari adanya bakteri Coliform dan Colitinja pada minuman tersebut. Kehadiran bakteri Coliform dan Colitinja pada minuman merupakan indikator terdapatnya bakteri patogen yang menyebakan penyakit, tiphus, muntah dan diare. Tujuan dari penelitian nin adalah untuk mengetahui kualitas minuman jajanan (es sirup) pada kantin Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kota Bandar Lampung ditinjau dari Mikrobiologi. Hasil penelitian didapatkan bahwa Jumlah bakteri Coliform dan Colitinja pada minuman jajanan es sirup di kantin SD Negeri Wilayah Kota Bandar Lampung adalah 0/100 ml sampel sampai dengan ≥979/100 ml sampel. Kualitas minuman jajanan es sirup di kantin SD Negeri Wilayah Kota Bandar Lampung 100% tidak memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 492/MENKES/ PER/IV/2010.
Sumber air panas adalah mata air yang dihasilkan dari kerak bumi setelah mengalami pemanasan geotermal. Sumber air panas merupakan media pertumbuhan yang cocok bagi bakteri termofilik. Bakteri termofilik merupakan kelompok bakteri yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang bersuhu tinggi, yaitu dengan suhu berkisar 45°- 90°C. Habitat alami bakteri termofilik tersebar luas di seluruh permukaan bumi, diantaranya pada sumber-sumber air panas, kawah gunung berapi atau daerah vulkanik (Labeda, 1990 dalam Martharina,2010). Tujuan penelitian yaitu mengetahui adanya bakteri termofilik serta melakukan isolasi dan identifikasi karakteristik bakteri termofilik yang berasal dari sumber air panas Way Panas Bumi Natar Lampung Selatan. Metode penelitian ini adalah eksploratif. Penelitian dilakukan dengan 3 tahap, tahap pertama menumbuhkan bakteri pada media yang sesuai, tahap kedua melakukan isolasi dan tahap ketiga melakukan identifikasi untuk mengetahui karakteristik bakteri termofilik meliputi morfologi secara mikroskopi, morfologi koloni dan sifat-sifat biokimia. Hasil penelitian diperoleh 7 isolat bakteri termofilik, masuk kedalam genus Bacillus berdasarkan karakteristik fenotipik. Sehingga perlu dilakukan identifikasi secara taksonomi numerik atau taksonomi genetik untuk mengetahui kesamaan genus atau spesies bakteri.
Salah satu bahan penyedap makanan yang diperdagangkan adalah kecap. Selain nilai gizi, makanan harus terhindar dari pencemaran mikroorganisme terutama bakteri yang merupakan sumber penyakit yang berbahaya bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah mikroba dan faktor-faktor yang berhubungan dengan jumlah mikroba pada kecap manis isi ulang dan berapa persentase kecap manis isi ulang yang digunakan penjual bakso di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung yang tidak memenuhi syarat SNI No. 01-3543-
1999 yaitu maksimal 105 koloni bakteri/gram dan angka kapang 50 koloni/gram. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan variabel jumlah bakteri dan angka kapang. Penelitian ini dilakukan
dengan metode ALT (Angka Lempeng Total). Setelah dilakukan perhitungan jumlah ALT pada kecap manis isi ulang yang digunakan penjual bakso di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung didapatkan ALT bakteri antara 1,8 x 103 koloni/gram sampel sampai 27,2 x 106 koloni/gram sampel dan angka kapang berjumlah antara
4 koloni/gram sampai 346 koloni/gram. Sebanyak 20 (80%) sampel tidak memenuhi syarat jumlah bakteri sesuai SNI No. 01-3543-1999 yaitu maksimal 105 koloni/gram, dan sebanyak 17 (68%) sampel tidak memenuhi syarat angka kapang sesuai SNI No 01-3543-1999 yaitu maksimal 50 koloni/gram sampel, dan tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor dengan jumlah mikroba pada kecap manis isi ulang yang digunakan penjual bakso di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung.