%0 Thesis %9 Diploma %A OKTAVIANI, IKA %A UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG, %A JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN, %A PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU KEDOKTERAN MINAT ILMU BIOMEDIK, %B JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG %D 2022 %F repo:7297 %I POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG %T EFEK LATIHAN RENANG TERHADAP PENURUNAN PROSTAGLANDIN-2 DAN SUBSTANSI P MELALUI PERBAIKAN STRUKTUR KARTILAGO SENDI SAKROILIAKA DAN SIMFISIS PUBIS PADA PATOMEKANISME NYERI PELVIC GIRDLE KEHAMILAN Studi In-vivo Rattus Novergicus Bunting Model PGP (Induksi Relaxin) %U http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/7297/ %X RINGKASAN Ika Oktaviani. NIM 177070100111003. Program Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. 20 Mei 2022. Efek latihan renang terhadap penurunan prostaglandin-2 dan substansi P melalui perbaikan struktur kartilago sendi sakroiliaka dan simfisis pubis pada patomekanisme nyeri pelvic girdle kehamilan. Studi in-vivo Rattus Novergicus bunting model PGP / induksi relaxin. Komisi pembimbing. Ketua : Prof. Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp, M.Kes. Anggota: Dr. dr. Bambang Rahardjo, SpOG (K), Dr. dr Endang Sri Wahyuni, MS. Kehamilan menyebabkan perubahan fisiologis hampir di semua organ tubuh. Perubahan yang paling mencolok adalah bentuk tubuh dan peningkatan berat badan mencapai lebih dari 20% yang dimulai sejak trimester II. Perubahan ini menyebabkan Ibu hamil mengeluh nyeri di daerah korset panggul, yang sering disebut dengan pelvic girdle pain/ PGP. Nyeri ini dirasakan terutama disekitar sacro iliac joint/ SIJ yang menyebar ke paha bagian belakang dan di daerah simfisis pubis. Prevalensi PGP kehamilan dapat mencapai 35%. Etiologi diduga berhubungan dengan tekanan berlebihan pada tulang belakang karena beban uterus dan regangan berlebihan pada otot, ligamen dan sendi di sekitar pelvik terutama SIJ dan simfisis pubis. Penekanan terhadap kedua jaringan tersebut diduga mengakibatkan perubahan struktur pada kartilago tersebut dan mengaktivasi silent nosiseptor di dekat persendian yaitu NGF (nerve growth factor), selanjutnya mengaktifkan beberapa nosiseptor nyeri seperti prostaglandin (PGE-2) dan substansi P (SP). Hormon relaxin, matriks metalloproteinase-13 (MMP-13), sitokin pro inflamasi, penghambatan TGFb, diduga turut terlibat memperantarai munculnya molekul terkait nyeri tersebut. Studi tentang olahraga renang terutama pada kehamilan terhadap penurunan nyeri secara molekuler jarang diteliti, khusus efeknya terhadap perbaikan tulang rawan masih sangat jarang dilakukan. Latihan renang mungkin lebih tepat digunakan dalam penelitian laboratorium terhadap tikus percobaan untuk mengurangi ekspresi molekul terkait nyeri, hal ini diduga berkaitan dengan adanya efek daya apung, viskositas air dan tekanan hidrostatik air. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan latihan renang mampu menurunkan prostaglandin dan substansi P, dengan memperbaiki struktur kartilago SIJ dan simfisis pubis Rattus Novergicus melalui peranan peningkatan TGFb, penurunan MMP-13 dan NGF. Penelitian ini merupakan eksperimen murni dengan desain post test only with control group design, yang dilakukan pada hewan coba Rattus norvegicus strain wistar. Penelitian dilaksanakan setelah mendapatkan ethical clearence dari Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya, no 1165-KEP-UB. Penelitian dilakukan sejak Januari 2020 sd Agustus 2021 di laboratorium pemeliharaan hewan coba (LPHC), laboratorium biokimia biomolekuler, laboratorium parasitologi, laboratorium patologi anatomi FKUB dan laboratorium patologi veterinary FKH UNAIR. Sampel sebanyak 36 ekor Rattus betina, dengan kriteria inklusi usia 9- 10 minggu, berat badan 110-150 gram sebelum dilakukan pembuntingan, nullipara, anggota gerak normal. Kriteria eksklusi 3x proses pembuntingan tidak berhasil bunting, abortus dan mati dalam perjalanan penelitian. Variabel bebas adalah latihan renang. Latihan renang 11 hari dibagi dalam 2 hari adaptasi dan 9 hari latihan inti, durasi 60 menit. Periode lama latihan ini terbatas karena menyesuaikan usia kebuntingan. Durasi renang telah sesuai dengan panduan exercise pada hewan coba. Variabel terikat adalah ekspresi PGE-2 dan SP. Variabel antara adalah ekspresi TGFb, MMP-13, NGF yang diukur menggunakan metode imunohistokimia. Penelitian dimulai dengan pemodelan Rattus bunting yang dilakukan dengan sinkronisasi fase estrus dan proses kawin 1:1 (betina:jantan). kebuntingan 0 hari dipastikan melalui pemeriksaan vagina plug 24 jam setelah proses kawin. Palpasi abdomen pada hari ke-7 dilanjutkan dengan pemberian induksi prorelaxin H2 dosis 0,268 mg/kgBB (0,1 mL) subcutan. Adanya efek induksi relaxin terhadap hewan coba dilakukan dengan pengukuran kadar relaxin dan PGE-2 plasma menggunakan metode ELISA, dilakukan setelah 24 jam pemberian induksi. Latihan renang pada kelompok bunting dilakukan pada hari ke-9 sampai ke-20 kebuntingan. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan relaxin dan PGE-2 plasma ke-2 serta pengambilan jaringan target dilakukan setelah maksimal 6 jam setelah perlakuan renang hari terakhir. xiv Hasil penelitian diperoleh pemberian induksi relaxin atau hari ke-8 kebuntingan memberikan perbedaan kadar relaxin dan PGE-2 plasma yang lebih tinggi pada kelompok induksi relaxin (one-way anova p 0.000). Terdapat perbedaan signifikan kadar relaxin dan PGE-2 plasma pada hari ke-20 kebuntingan antara kelompok perlakuan renang dan kontrol (uji Kruskal Wallis p 0.000). Tidak terdapat perbedaan kadar relaxin plasma kelompok tidak bunting yang diberikan perlakuan dan kontrol (p >0.05 uji Mann Whitney). Berdasarkan analisis deskriptif terdapat perbedaan struktur kartilago SIJ dan simfisis pubis tikus antara kelompok perlakuan dan kontrol, berdasarkan karakteristik: permukaan sendi, distribusi sel kondrosit, kondroblas dan kondrosit hipertrofi. Terdapat perbedaan signifikan ekspresi TGFb, MMP-13, NGF, PGE-2 dan SP di SIJ dan simfisis pubis antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (hasil untuk keseluruhan perbandingan ekspresi p 0.000 menggunakan uji one-way ANOVA, Kruskal Wallis dan uji post hoc Tukey serta Dunn’s). Berdasarkan analisis Smart PLS diperoleh latihan renang memberikan pengaruh langsung yang signifikan terhadap TGFb dan NGF di SIJ dan simfisis pubis p<0,05. Efek langsung renang terhadap SP signifikan di jaringan simfisis pubis (p 0.011) sedangkan di SIJ tidak signifikan (p 0,356). Efek langsung NGF signifikan dan kuat terhadap ekspresi SP1 di SIJ dan simfisis pubis (p 0.000). Efek langsung NGF signifikan dan kuat terhadap ekspresi PGE-2 di SIJ (p 0.005) namun tidak siginifikan di simfisis pubis (p 0.068). Efek langsung TGFb signifikan terhadap MMP-13 di SIJ dan simfisis pubis (p 0.000). MMP-13 berefek langsung siginifikan dan sangat kuat terhadap PGE-2 di simfisis pubis (p 0.001), namun tidak signifikan di SIJ (p 0,206). Latihan renang memberikan pengaruh tidak langsung signifikan terhadap berkurangnya ekspresi PGE-2 di SIJ, melalui mekanisme aktifitas NGF (p 0,037), sedangkan di simfisis pubis melalui mekanisme jalur TGFb dan MMP-13 (p 0.015). Latihan renang memberikan pengaruh tidak langsung signifikan terhadap berkurangnya ekspresi SP-1 melalui mekanisme aktivitas NGF di kedua jaringan kartilago baik kartilago SIJ (p 0.001) dan simfisis pubis (p 0.002). Disimpulkan bahwa alur dominan yang mempengaruhi ekspresi PGE-2 dikedua jaringan berbeda, yaitu pada jaringan kartilago SIJ, mekanisme efek latihan renang menurunkan ekspresi PGE-2 adalah melalui jalur NGF, sedangkan pada jaringan simfisis melalui alur mekanisme TGFb dan MMP-13. Sedangkan efek renang terhadap ekspresi substansi P sama untuk kedua jaringan, yaitu melalui alur efek NGF. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa induksi relaxin 0,268 mg/kg BB mampu meningkatkan kadar relaxin dan PGE-2 plasma, serta membuktikan latihan renang mampu menghambat peningkatan respon sensitisasi nosiseptor nyeri yaitu PGE-2 dan SP pada rattus bunting, yang mungkin akan cocok digunakan pada manusia. Ditemukan pathway/ jalur baru yang berbeda antara jaringan SIJ dan simfisis pubis terhadap ekspresi prostaglandin-2 yaitu pada jaringan sakroiliaka dan simfisis pubis. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pemikiran bagi praktisi kesehatan dan peneliti selanjutnya, untuk merancang latihan renang dengan variasi frekuensi dan intensitas latihan yang berbeda serta mengkaji ekspresi reseptor molekul nyeri seperti P2X3, Nk1-R dan Trk-A.